Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk pertahanan tubuh melawan benda asing, zat-zat kimia berbahaya, termasuk juga mikroorganisme (seperti bakteri, virus, dan jamur), parasit (seperti cacing), sel kanker, dan bahkan organ dan jaringan transplantasi. Zat-zat yang merangsang timbulnya reaksi kekebalan tubuh disebut antigen. Reaksi kekebalan tubuh yang normal dapat mengenali antigen, mengerahkan kekuatan untuk bertahan melawan antigen tersebut, dan menyerangnya.

Memahami sistem kekebalan tubuh
  • Antibodi (immunoglobulin):
    Protein yang dihasilkan oleh limfosit B dan berinteraksi dengan antigen tertentu 
  • Antigen:
    Setiap zat yang dapat merangsang reaksi kekebalan tubuh
  • Basofil:
    Sel darah putih yang melepaskan histamin (zat yang mempengaruhi reaksi alergi) dan menghasilkan zat yang menarik neutrofil dan eosinofil ke tempat yang bermasalah
  • Sel:
    Bagian terkecil organisme hidup yang terdiri dari inti sel (nukleus) dan sitoplasma, dikelilingi oleh selaput (membran)
  • Kemotaxis:
    Proses menarik sel dengan zat kimia 
  • Sistem komplemen:
    Kumpulan protein dengan berbagai fungsi kekebalan, seperti membunuh bakteri dan benda asing lainnya, membuat makrofag lebih mudah mengidentifikasi dan mencerna benda asing, menarik makrofag dan neutrofil ke daerah yang bermasalah, dan meningkatkan efektifitas antibodi
  • Sitokin (Cytokines):
    protein yang dihasilkan oleh sel yang berfungsi sebagai pengantar sistem kekebalan untuk membantu mengatur reaksi kekebalan
  • Sel Dendrit:
    Sel yang berasal dari sel darah putih dan menetap di jaringan, berfungsi untuk membantu limfosit T mengenal antigen benda asing
  • Eosinofil:
    Sel darah putih yang dapat mencerna bakteri dan benda asing lainnya, membunuh parasit, berpartisipasi dalam reaksi alergi, dan membantu menghancurkan sel kanker.
  • Helper T cell:
    Sel darah putih yang membantu limfosit B mengenali dan menghasilkan antibodi untuk melawan antigen benda asing
  • Histocompatibility:
    Secara harafiah, kemampuan jaringan, ditentukan oleh antigen leukosit manusia dan digunakan untuk memastikan apakah jaringan atau organ transplantasi bisa diterima oleh tubuh resipien (penerima donor).
  • Human leukocyte antigens (HLA):
    Molekul-molekul pada permukaan sel dan khas pada setiap organisme, sehingga memampukan tubuh untuk membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya, disebut juga histocompatibility kompleks major.
  • Kompleks imun : berikatannya antibodi pada antigen 
  • Reaksi imunitas : reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap antigen.
  • Immunoglobulin : molekul antibodi
  • Interleukin:
    Suatu jenis sitokin yang dihasilkan oleh beberapa sel darah putih untuk mempengarhui sel darah putih lainnya.
  • Killer (cytotoxic) T cell:
    Sel limfosit T yang berikatan dengan sel abnormal atau benda asing dan kemudian membunuhnya.
  • Leukosit:
    Sel darah putih, seperti monocyte, neutrofil, eosinofil, basofil, atau limfosit.
  • Limfosit:
    Sel darah putih yang bertanggungjawab untuk kekebalan khusus, termasuk menghasilkan antibodi (oleh limfosit B) dan membedakan dirinya dengan bukan dirinya (oleh limfosit T)
  • Makrofag:
    Sel besar yang berkembang dari sel darah putih disebut monocyte yang berfungsi untuk mencerna bakteri dan sel benda asing lain, dan membantu limfosit T dalam mengidentifikasi mikroorganisme dan benda asing lainnya
  • Major histocompatibility complex (MHC):
    Sinonim untuk antigen leukosit manusia.
  • Sel mast:
    Sel pada jaringan yang melepaskan histamin dan zat lain yang berhubungan dengan reaksi alergi.
  • Molekul:
    Sekelompok atom yang secara kimia berkombinasi membentuk zat kimia tertentu
  • Natural killer cell:
    Jenis sel darah putih yang yang dapat membunuh sel-sel abnormal, seperti sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel kanker
  • Neutrofil:
    Sel darah putih yang dapat mencerna dan membunuh bakteri dan sel benda asing lain
  • Fagosit:
    Sel yang dapat mencerna dan membunuh atau menghancurkan mikroorganisme, sel-sel lain, atau bagian-bagian sel.
  • Fagositosis:
    Proses sebuah sel menelan dan mencerna mikroorganisme, sel-sel lain, atau bagian-bagian sel
  • Reseptor:
    Molekul pada permukaan atau bagian dalam sel yang hanya mengijinkan molekul yang sesuai sekali-seperti kunci yang sesuai dengan gembok-untuk berikatan.
  • Suppressor T cell:
    Sel darah putih yang membantu akhir reaksi kekebalan.
Gangguan pada sistem kekebalan terjadi ketika :
  • tubuh menghasilkan reaksi kekebalan melawan dirinya sendiri (gangguan autoimun).
  • tubuh tidak dapat menghasilkan reaksi kekebalan yang sesuai untuk melawan serangan mikroorganisme (gangguan imunodefisiensi).
  • reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan meskipun terhadap antigen asing yang tidak berbahaya hingga merusak jaringan-jaringan normal (reaksi alergi).
Tubuh memiliki rangkaian sistem pertahanan yang meliputi penghalang fisik, sel-sel darah putih, antibodi, dan zat kimia lainnya. Penghalang fisik, yang merupakan baris pertama pertahanan dalam tubuh, terdiri dari kulit, kornea mata, dan selaput yang melapisi saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, dan saluran reproduksi. Selama penghalang ini utuh dan tidak rusak, penyerang tidak akan dapat masuk ke dalamnya. Jika penghalang ini rusak, misalnya akibat luka bakar pada kulit, maka risiko terjadinya infeksi akan meningkat. Selain itu, penghalang fisik juga dilindungi oleh sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghancurkan bakteri, misalnya keringat, air mata, mukus pada saluran nafas dan saluran cerna, serta sekret vagina.
Lapisan pertahanan tubuh meliputi sel-sel darah putih (leukosit) di dalam aliran darah yang menuju jaringan. Sel-sel ini berfungsi untuk mencari dan menyerang mikroorganisme. Pertahanan ini memiliki dua bagian, yaitu kekebalan bawaan (innate) dan kekebalan yang didapat (acquired).
Kekebalan Bawaan (alami) dapat bekerja dengan efektif dan segera pada mikroorganisme atau penginvasi lainnya, tanpa perlu pengenalan terlebih dahulu. Pada kekebalan yang didapat (kekebalan adaptif/kekebalan spesifik), limfosit perlu pengenalan terlebih dahulu pada zat asing/penginvasi, dan belajar untuk melawannya, kemudian membuat memori khusus terhadap zat asing tersebut sehingga dapat menyerang dengan lebih efisien di kemudian hari. Sistem kekebalan yang didapat membutuhkan waktu untuk berkembang yaitu setelah adanya pengenalan terlebih dahulu terhadap penginvasi. 
Kekebalan tubuh bawaan dan kekebalan tubuh yang didapat berinteraksi saling mempengaruhi satu sama lain secara langsung atau melalui zat-zat yang dapat menarik atau mengaktifkan sel-sel imun lainnya. Zat-zat ini meliputi sitokin, antibodi, dan protein komplemen. Zat-zat ini tidak terdapat di dalam sel, tetapi terlarut pada cairan tubuh, seperti pada plasma darah.
Beberapa substansi ini mendorong terjadinya peradangan dengan menarik sel-sel imun ke jaringan yang bermasalah, untuk itu diperlukan aliran darah yang lebih banyak menuju jaringan. Tujuan dari adanya peradangan adalah untuk membatasi infeksi sehingga tidak menyebar. Kemudian substansi lain membantu meredakan peradangan dan memperbaiki kerusakan jaringan. Meskipun peradangan dapat mengganggu, proses tersebut menandakan bahwa sistem imunitas tubuh bekerja dengan baik. Namun, peradangan kronis dapat berbahaya.
Untuk dapat menghancurkan zat asing/penginvasi, sistem kekebalan tubuh harus terlebih dahulu dapat mengenalinya. Sistem kekebalan tubuh harus dapat membedakan zat asing dari dirinya, hal ini dapat dibedakan karena semua sel memiliki molekul-molekul pada permukaannya untuk identifikasi. Mikroorganiseme dapat dikenali karena molekul identifikasi pada permukannya yang bersifat asing. Pada manusia, molekul identifikasi disebut antigens leukosit manusia (HLA-Human Leukocyte Antigen), atau major histocompatibility complex (MHC). Molekul HLA disebut antigen karena dapat menimbulkan reaksi imunitas terhadap orang lain. Setiap orang memiliki kombinasi HLA yang unik dan sistem imunitas tubuh normalnya dapat mengenali kombinasi ini sebagai diri sendiri. Sel dengan molekul permukaan yang tidak sama diidentifikasi sebagai zat asing. Sistem imunitas tubuh kemudian akan menyerang sel tersebut, misalnya suatu mikroorganisme, sel dari jaringan tranplantasi, atau sel tubuh yang telah terinfeksi oleh mikroorganisme atau terkena kanker.
Beberapa sel darah putih, seperti limfosit B, dapat mengenali zat asing/penginvasi secara langsung. Tetapi sel darah putih lain, seperti limfosit T, membutuhkan bantuan dari sel-sel imun lainnya (disebut antigen presenting cell) untuk mengenali zat asing/penginvasi. Sel-sel ini akan mencerna zat asing dan menguraikannya menjadi bagian-bagian. 
Bagaimana limfosit mengenali antigen
Limfosit T adalah bagian dari sistem pengawas kekebalan tubuh. Limfosit T berjalan melalui aliran darah dan sistem limfatik, mencari zat-zat asing (antigen) di dalam tubuh. Meskipun begitu, limfosit T tidak dapat mengenali antigen sampai telah diproses dan ‘dihadirkan’ ke limfosit T oleh sel darah putih lainnya, disebut sel antigen-presenting. Sel antigen-presenting terdiri dari sel dendritik (yang paling efektif), makrofag, dan limfosit B.
  1. Limfosit T tidak dapat mengenali antigen yang beredar di dalam tubuh karena antigen tidak pas dengan reseptor pada permukaan limfosit T.
  2. Sel yang dapat memproses antigen, seperti sel dendritik, mencerna antigen.
  3. Enzim di dalam sel antigen-presenting memecah antigen ke dalam kepingan-kepingan.
  4. Beberapa kepingan-kepingan antigen berikatan dengan HLA (Human Leukocyte Antigen) yang dibentuk di dalam sel antigen-presenting. Kemudian molekul HLA dengan kepingan antigen dibawa ke permukaan sel.
  5. Reseptor pada permukaan limfosit T dapat mengenali kepingan antigen yang berikatan dengan molekul HLA. Reseptor pada limfosit T dapat berikatan dengan molekul HLA yang membawa kepingan antigen dengan pas. Limfosit T kemudian teraktifasi dan dapat mulai menyerang zat asing yang memiliki antigen tersebut.  
Sistem kekebalan tubuh meliputi beberapa organ untuk menyebarkan sel-sel ke seluruh tubuh. Organ-organ ini dikelompokkan menjadi organ limfoid primer dan sekunder. Organ limfoid primer adalah tempat dimana sel-sel darah putih dibuat, yaitu sumsum tulang dan thymus. Ketika diperlukan untuk pertahanan tubuh, sel darah putih digerakkan, sebagian besar dari sumsum tulang. Mereka kemudian dibawa melalui aliran darah dan disebarkan ke tempat-tempat yang membutuhkan.

Sistem limfatik adalah suatu jaringan kelenjar-kelenjar getah bening yang dihubungkan oleh pembuluh-pembuluh getah bening. Sistem ini membawa cairan getah bening ke seluruh tubuh.
Cairan getah bening dibentuk dari cairan yang merembes keluar dari dinding pembuluh kapiler ke jaringan tubuh. Cairan ini mengandung oksigen, protein, dan nutrisi lain yang dibutuhkan jaringan. Sebagian cairan akan masuk kembali ke pembuluh kapiler, dan sebagian akan masuk ke pembuluh getah bening menjadi cairan getah bening (cairan limfe).
Pembuluh-pembuluh getah bening kecil saling berhubungan membentuk duktus thoracicus, yang merupakan pembuluh getah bening paling besar dan berhubungan dengan vena subklavikula sehingga membawa cairan limfe kembali ke aliran darah. Cairan limfe juga membawa substansi asing (seperti bakteri), sel-sel kanker, dan sel-sel yang rusak atau mati yang terdapat pada jaringan tubuh ke dalam pembuluh limfe. Cairan limfe juga mengandung banyak sel-sel darah putih.
Semua bahan diangkut oleh cairan limfe melalui minimal satu kelenjar getah bening, dimana substansi asing akan disaring keluar dan dihancurkan sebelum cairan limfe dikembalikan ke aliran darah. Pada kelenjar getah bening, sel darah putih bisa dikumpulkan kembali, berinteraksi satu sama lain dan antigen, menghasilkan reaksi kekebalan terhadap zat-zat asing. Kelenjar getah bening memiliki jaringan seperti jala yang penuh dengan sel-sel limfosit B, limfosit T, sel dendritik, serta makrofag. Mikroorganisme berbahaya disaring melalui jaringan seperti jala ini dan kemudian diidentifikasi dan diserang oleh sel-sel limfosit B dan limfosit T.
Kelenjar getah bening biasanya berkumpul pada area-area dimana percabangan pembuluh limfe berakhir, misalnya di leher, ketiak, dan selangkangan.
Organ limfoid sekunder meliputi limpa, kelenjar-kelenjar getah bening, tonsil, usus buntu, dan plak Peyer pada usus halus. Organ ini menangkap mikroorganisme dan zat asing lain serta menjadi tempat sel-sel imun tubuh yang matur berkumpul, berinteraksi satu sama lain dan dengan bahan-bahan asing, dan menghasilkan reaksi imunitas tubuh.
Kelenjar getah bening merupakan salah satu tempat pertama penyebaran sel-sel kanker. Dengan demikian, biasanya kelenjar getah bening akan diperiksa untuk menentukan apakah kanker telah menyebar. Sel-sel kanker pada kelenjar getah bening menyebabkan kelenjar membesar. Pembesaran kelenjar getah bening juga dapat terjadi akibat adanya infeksi karena respon imun terhadap infeksi dihasilkan di kelenjar getah bening. Terkadang bakteri yang dibawa ke kelenjar limfe tidak dapat dibunuh dan menyebabkan peradangan pada kelenjar limfe. (limfadenitis)

a. Macam & Pembentukan Antibodi

Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif.

1) Kekebalan Antibodi Aktif


Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami. Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi.
Apakah Anda ingat bahwa pada saat masih kecil mendapatkan imunisasi polio? Sekarang ini di Indonesia sudah dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal ini dilakukan agar Indonesia terbebas dari virus polio. Apa sebenarnya yang terkandung di dalam vaksin?

Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk antibodi.

Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya.

Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa.

Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.
Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Perhatikan Gambar 11.5 Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B.

Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen.

Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen.

2) Kekebalan Antibodi Pasif

Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.


Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja.

b. Struktur Antibodi

Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (-s-s-) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi anti-gen-antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun. Struktur antibodi dapat Anda amati pada Gambar 11.6 di samping ini untuk memudahkan dalam membayangkan bentuk antibodi.


Model struktur antibodi


c. Cara Kerja Antibodi

Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi.
1) Netralisasi

Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.

2)    Penggumpalan

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan anti-gen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.

3)    Pengendapan

Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.

4)    Aktifasi Komplemen

Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis.


Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut ini adalah gambaran respon primer dan sekunder.



Memori primer dan sekunder pada sistem imun


menunjukkan bahwa setelah injeksi antigen A yang kedua, respon imun sekunder jauh lebih besar dan lebih cepat daripada respon primer. Dengan demikian respon sekunder sebenarnya lebih penting peranannya dalam sistem imun.

kesalahan yang Anda lakukan dan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yaitu:

1. Anda menjauhkan diri dari lingkungan sosial

Tanpa Anda sadari, ternyata hubungan pertemanan memiliki manfaat yang cukup besar terhadap sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial di lingkungan rumah, di tempat kerja maupun di kantor yang terbatas lebih membuat Anda lebih mudah sakit.

Hal ini karena otak Anda dibanjiri oleh bahan kimia penyebab kecemasan. Kecemasan karena kurangnya hubungan dan interaksi sosial membuat umur seseorang lebih pendek daripada orang yang lebih ramah terhadap lingkungan sosialnya.

Sebuah penelitian memantau 276 orang antara usia 18 dan 55 tahun dan menemukan bahwa orang yang memiliki 6 atau lebih koneksi menunjukkan kemampuan untuk melawan virus yang menyebabkan pilek hingga 4 kali lipat dibandingkan orang yang mempuanyai koneksi pertemanan lebih sedikit.

2. Anda sering kelelahan karena kurang tidur

Kurangnya tidur memiliki efek yang sangat kuat terhadap lemahnya sistem kekebalan tubuh. Sebagai contoh, mahasiswa yang sering tidur larut malam untuk belajar dan mengerjakan tugas lebih sering sakit daripada yang tidur lebih awal. Tidur yang buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena menurunkan jumlah sel yang melawan kuman pembawa virus.

Bahkan, peneliti dari University of Chicago menemukan bahwa pria yang tidur hanya 4 jam setiap malam selama 1 minggu, tubuhnya hanya mampu memproduksi setengah dari jumlah antibodi dalam darah yang menyebabkan flu dibandingkan dengan orang yang tidur selama 7 jam setiap malamnya.

Kebanyakan orang dewasa membutuhkan antara 7 sampai 9 jam istirahat tanpa gangguan setiap malam. Jika Anda lelah saat bangun di pagi hari, Anda mungkin tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup atau mungkin tidur Anda kurang berkualitas.

3. Anda mengembangkan sikap pesimis

Pesimistis membuat seseorang memiliki pandangan yang negatif terhadap semua hal dalam hidupnya dan menyebabkan mudah stres yang tidak baik untuk kesehatan secara keseluruhan.

Sebuah studi sederhana dari UCLA menemukan bahwa mahasiswa yang memulai semester pertama dengan optimis memiliki sel pembunuh virus yang lebih tangguh dan respon imun yang kuat daripada mahasiswa lain yang memiliki persepsi yang lebih pesimistis.

Salah satu keuntungan bersikap optimis adalah Anda lebih memperhatikan diri sendiri. Sikap pesimis membuat seseorang mudah stres dan merusak sistem kekebalan tubuh karena sel-sel pembunuh virusnya menjadi pasif.

4. Anda memendam masalah Anda sendiri

Ketika seseorang terlalu banyak memendam masalahnya sendiri tanpa membicarakannya atau menyelesaikan masalahnya, dirinya akan mudah stres dan menyebabkan lemahnya sistem imun.

Peneliti dari UCLA meminta 41 pasangan suami istri untuk membicarakan masalah dalam pernikahannya selama 15 menit. Para peneliti mendeteksi lonjakan tekanan darah, denyut jantung, dan kekebalan terkait sel darah putih, yang semuanya memiliki manfaat yang serupa dengan manfaat berolahraga ringan.

Pasangan yang sering menggunakan kekerasan, penghinaan dan ejekan juga memiliki tingkt hormon stres yang lebih tinggi dan memiliki lebih sedikit virus yang melawan sel pembunuh virus. Pasangan tersebut memerlukan waktu hingga 40 persen lebih lama untuk pulih dari kondisi kekebalan tubuh yang kuat.

5. Anda berada di bawah tekanan

Tekanan di tempat kerja dan masalah rumah tangga merupakan faktor yang paling sering memicu stres. Ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa jenis stres dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

Periode stres yang ekstrim dapat menyebabkan jumlah sel pembunuh virus lebih rendah dan aktivitas makrofag, yang dapat memperkuat respon imun berkurang. Atasi stres dengan cara yang sehat seperti berjalan di treadmill, yoga, atau bersepeda.

6. Anda terlalu sering menggunakan barang-barang publik

Barang-barang yang disediakan di tempat umum seperti bolpen dapat membuat Anda terkena virus. Kuman flu dan pilek dapat dengan mudah berpindah dari satu tangan ke tngan yang lain melalui media barang yang dipakai bergantian.

Jika ada barang-barang yang Anda butuhkan dan mudah dibawa, sediakan sendiri barang tersebut untuk diri Anda pribadi. Jika tidak, selalu cuci tangan Anda setelah menyentuh barang-barang publik.

7. Anda tidak pernah berolahraga

Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting bagi kesehatan dan juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Peneliti membandingkan orang yang tidak aktif beraktivitas dengan orang yang berolahraga dengan berjalan cepat hampir setiap hari.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa orang yang tidak aktif beraktivitas memiliki kesempatan untuk sakit dua kali lipat lebih banyak dalam 4 bulan dibanding orang yang aktif berolahraga. Para ahli mengatakan bahwa aerobik selama 30 menit saja dapat mengembalikan sirkulasi sel darah putih dan membuat sistem kekebalan tubuh kembali kuat.

8. Anda menjadi perokok pasif

Kebiasaan merokok jelas berbahaya bagi kesehatan Anda, tetapi menjadi perokok pasif juga sama bahayanya. Setiap tahun, karena paparan asap tembakau, sekitar 3.000 orang meninggal karena kanker paru-paru dan sekitar 300.000 anak menderita infeksi saluran pernapasan.

Asap rokok dapat memicu serangan asma dan memperburuk gejala pada penderita alergi. Hal ini tentu saja dapat memperburuk imunitas tubuh. Hindari menghabiskan waktu bersama teman-teman yang perokok demi menjaga kekebalan tubuh yang kuat.

9. Anda terlalu bergantung pada antibiotik

Terlalu mengandalkan antibiotik ketika sakit dapat membuat virus penyakit resisten terhadap obat dari waktu ke waktu dan menyebabkan infeksi yang lebih serius. Para peneliti menemukan bahwa pasien yang minum antibiotik tertentu telah mengurangi tingkat sitokin, pembawa pesan hormon dari sistem kekebalan tubuh.

Ketika sistem kekebalan tubuh ditekan, Anda akan lebih mungkin untuk mengembangkan bakteri resisten atau menjadi sakit di kemudian hari.

10. Anda terlalu serius

Seseorang membutuhkan hiburan dan tawa yang lepas untuk menghindarkan diri dari stres. Para peneliti telah menemukan bahwa tawa memberikan emosi positif yang berhubungan dengan penurunan hormon stres dan meningkatkan sel kekebalan tubuh.

Dalam penelitian yang dilakukan di Loma Linda University School of Medicine, orang dewasa yang sehat yang menonton video lucu selama satu jam mengalami peningkatan signifikan terhadap aktivitas sistem kekebalan tubuh. Jangan terlalu serius dan tertawalah untuk meningkatkan kesehatan Anda.

Referensi dari
  1. http://medicastore.com/penyakit/3177/sistem_kekebalan_tubuh_2.html
  2. http://www.sentra-edukasi.com/2011/09/pembentukan-macam-struktur-cara-kerja.html
  3. http://health.detik.com/read/2012/07/27/133003/1976559/766/10-kesalahan-yang-melemahkan-sistem-kekebalan-tubuh?l1101755hl

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan Sehat

Rilis Aplikasi Pemetaan PMP 2018.04

Termokia Soal Pembahasan